Thursday, July 14, 2011

Taman Nasional Ujung Kulon, Pulau Peucang

Liburan Seru di Taman Nasional Ujung Kulon
Pulau Peucang, penuh kenangan!

Liburan sekolah adalah saat yang paling ditunggu-tunggu dan menyenangkan, tak hanya bagi para pelajar, begitu pula  bagi para gurunya.  Namun, waktu libur yang panjang akan terasa sangat membosankan bila tak diisi dengan hal-hal yang menyegarkan tubuh dan pikiran. Sebagian orang akan mengisinya dengan melakukan hal-hal yang mereka gemari atau berkunjung ke objek-objek wisata. Seperti halnya yang dilakukan para guru dan staf Sekolah, yang memilih berwisata bersama ke Taman Nasional Ujung Kulon yang terletak di provinsi Banten, pada 30 Juni – 2 Juli 2011 yang lalu. Wisata bersama ini ditujukan bukan hanya untuk menenangkan saraf-saraf yang tegang karena kerja lembur akhir tahun ajaran, tapi juga untuk lebih memperkuat rasa kekeluargaan diantara para guru dan karyawan.

‘Back to nature!’ menjadi salah satu alasanmemilih menyinggahi Pulau Peucang sebagai salah satu resort terbaik dan asri di area Taman Nasional Ujung Kulon, selain Pulau Handeuleum, Pulau Panaitan, Kalajaten dan Taman Jaya. Ujung Kulon dapat dicapai dengan melalui ruas tol Jakarta – Merak, lalu keluar menuju Anyer/Carita, dengan waktu tempuh normal dari Jakarta ± 4 jam. Setelah sampai di salah satu dermaga Carita, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan speedboat yang berkapasitas ± 6 orang dan dilengkapi dengan live vest dan radio panggil, dengan waktu tempuh normal selama ± 2 jam. Namun, saat itu cuaca mendung, diiringi pula dengan rinai hujan dan hembusan angin pantai utara, lautan pun menyambut rombongan wisata dengan tarian ombak yang sedikit tinggi dan keras, sehingga membutuhkan waktu ± 3,5 jam untuk mencapai dermaga Pulau Peucang. Selain itu, rombongan pun terpaksa menunda untuk menikmati indahnya pemandangan Selat Sunda bagian barat dan Tanjung Lesung yang terletak di pesisir Pulau Jawa bagian barat.

Setibanya di Pulau Peucang, rombongan pun disambut dengan eloknya pantai landai berpasir putih nan halus, keramahtamahan pengelola penginapan dan hamparan hijaunya padang rumput di depan penginapan yang dipenuhi pupuk organik dari para rusa, monyet, dan babi hutan yang berkeliaran di sekitar penginapan, yang seolah siap menemani rehat para pengunjung pulau. Setelah makan siang dan beristirahat sejenak, rombongan pun melanjutkan agenda perjalanan ke Cibom, Tanjung Layar dengan menggunakan speedboat. Lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki ± 1 jam dari dermaga singgah Cibom menuju Tanjung Layar, dimana terdapat bangunan mercusuar  tua dan penjara bawah tanah yang bersejarah, sisa peninggalan Belanda. Selain itu, Tanjung Layar juga menyajikan pemandangan yang menakjubkan dari batu-batu karang dengan latar belakang Samudera Hindia sampai hamparan padang rumput hijau yang dihiasi magic mushroom, tempat para banteng Jawa liar bermain dan merumput.

Hari berikutnya, rombongan menyusuri hutan tadah hujan di sekitar Pulau Peucang dengan tujuan akhir objek wisata pantai Karang Copong, yang ditempuh selama ± 1,5 jam. Dinamakan Karang Copong karena karang besar tersebut berlubang (Sunda: copong) ditengahnya. Sepanjang jalan melintasi hutan, dapat dijumpai pepohonan besar dan tinggi seolah ingin menggapai langit, tumbuhan perdu seperti belimbing wuluh dan bayam hutan, beberapa tumbuhan langka dan unik seperti mahoni, cijahe, merbau, kihujan, ficus atau ara pencekik yang meliukkan tubuhnya di batang inangnya seperti ular yang sedang melilit mangsanya, parahalar, bungur, cerlang, Baringtonia asiatica sp., jamur kayu yang tumbuh bak bunga yang sedang mekar, dan kepel yang berbuah di sepanjang batang tubuh pohonnya. Selain itu, tampak juga beberapa rusa hutan, sarang lebah hutan, dan burung merak liar. Sesampainya di pantai Karang Copong, rombongan menikmati syahdunya deburan ombak dan nyanyian rangkong (hornbill) yang saling bersahutan sambil memungut beberapa sisa rumah kerang dan siput serta sisa bunga karang yang sudah mati.

Setelah puas dengan keasrian pantai Karang Copong, tak lengkap rasanya bila belum menikmati keindahan alam bawah laut di sekitar pantai semenanjung Ujung Kulon dengan snorkeling. Tampak bunga karang-bunga karang besar dan ikan-ikan unik beraneka warna dan bentuk, seperti ikan badut (clown fish), ikan singa (lion fish), ikan kupu (butterfly fish), ikan tembang, ikan gerong, dan ikan semi barakuda. Kemudian, rombongan bertandang sejenak ke Cidaun yang disebut sebagai ladang pengembalaan liar. Disana dapat disaksikan beberapa ekor burung merak dan sekawanan banteng liar betina yang warnanya berbeda dengan banteng jantan. Banteng betina memiliki warna seperti lembu atau kerbau, yaitu coklat muda, sementara banteng jantan berwana hitam gelap.

Tak terasa, tibalah saatnya, di hari ketiga, rombongan bertolak meninggalkan Pulau Peucang untuk kembali ke Jakarta. Alhamdulillah, saat bersauh pulang, cuaca cerah, angin berhembus sedang dan ombak pun berdebur pelan, sehingga rombongan pun dapat menikmati jelitanya Selat Sunda dan pesisir Tanjung Lesung di area semenanjung Taman Nasional Ujung Kulon. Pantai yang landai dan tenang dengan pasir putih nan halus dan gradasi warna laut kehijaun, biru hingga biru tua sangat jernih yang menandakan kedalaman laut dan kedalaman ilmu-Nya, dikelilingi oleh hutan nan hijau, masih terus terbanyang dan terkenang. Diharapkan setelah wisata alam tersebut, keilmuan dari membaca ayat-ayat Allah yang tertera di alam dan rasa syukur terhadap keagungan Yang Maha Kuasa dapat bertambah, sehingga bisa memperteguh tekad untuk melakukan tindakan nyata pelestarian alam di lingkungan sekitar. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”. Tunggu apalagi? Think globally, act locally! Nuki/072011.

Sumber: Pulau Peucang, Pemandu (Ahmad Lampung, Bambang Sobari dan Iman Sadiman), dan Ranger (M.Sakri).

No comments:

Post a Comment

Santunlah dalam berkomentar!
Use proper words to comment.